Dongeng dari Ayah


Dulu pernah ada seorang baco — bocah laki-laki yang gemar berlari-lari dan berbicara banyak sekali. Padahal saat itu ada banyak keluarga yang sedang berkumpul di rumah. Merupakan budaya orang Bugis kalau sedang berkumpul, kelompok ibu-ibu menjalankan tugasnya di dapur sementara kelompok bapak-bapak  berbincang santai di ruang tamu. Tapi hari itu ada satu baco ini ributnya bukan main. Baco terus berlari-lari dan berbicara banyak sekali.

“Heh, baco sini dulu!” ucap seorang Puang — sapaan untuk orang yang lebih tua.

Mendengar dirinya dipanggil si baco tanpa takut langsung mendekat ke Puang yang memanggilnya.

“Coba menyeringai, sepertinya kamu ini terkena penyakit keras dan mengerikan,” kata Puang.

“Ah, beneran, Puang?” ujar si baco. Perubahan raut wajah baco mulai terlihat dari yang awalnya tengil berubah menjadi cemas.

Disaksikan di depan bapak-bapak lain, baco ini untuk pertama kalinya diam dan tidak banyak bicara. Malahan ingin menjerit ketika diberi tahu bahwa penyakit keras sedang menggerogoti dirinya dari dalam. Puang itu dengan wajah serius melanjutkan pengumumannya.

“Kamu ini sakit keras. Kamu pernah mendengar sakit kuning?”

“Belum, Puang.”

“Nah, itu dia. Sekarang lebih baik kamu datang ke Ibumu dan bilang, ‘Ibu aku sakit kuning, tandanya mulai terlihat dari gigiku.’ Ayo, cepat sekarang. Nanti penyakit kuning menjalar sampai ke tubuhmu.”

Mendengar hal itu si baco jadi takut bukan main. Jika dia biasanya berlari-lari setelah mendengar kabar penyakit kerasnya dia jadi sangat berlari seperti anak rusa yang baru saja melihat buaya. Dia sampai di dapur dan segera mendekati ibu-ibunya.

“Ibu, aku sakit keras! Aku akan mati!” ucap si baco ketar-ketir. Suaranya yang keras membuat ibu-ibu lain yang sedang memasak berhenti sejenak.

“Ada apa, nak? Ada apa?”

“Kata Puang Sidin, aku menderita penyakit kuning. Semuanya dimulai dari gigiku dan akan menjalar ke seluruh tubuhku. Dan itu tidak akan lama lagi.”

“Mana coba Ibu lihat gigimu,” si Ibu jadi ikut cemas. Baconya masih kecil tapi sudah terserah penyakit ganas. Tidak mungkin.

Semua Ibu yang ada di dapur mulai ikut kaget dan kini memikirkan nasib anak mereka masing-masing. Selanjutnya si bocah mulai menyeringai untuk kedua kalinya hari itu. Dari sana ia akan menemui nasibnya.

“Astagfirullah.”

“Iya, nak kamu sakit kuning. Gigimu sakit kuning, kamu jarang gosok gigi!”

“Hah?”

“Puang Sidin benar kamu sakit kuning, makanya rajin sikat gigi biar gak sakit kuning,” kata si Ibu yang kini jadinya tertawa sambil mengusap kepala si baco pelan.



Ini kisah nyata yang disampaikan oleh Ayah saya. Kalau beliau sendiri yang menceritakan jadinya jauh lebih lucu. Sampai sekarang cerita ini masih sering dibawakan tiap ada acara keluarga. Biar sudah berkali-kali dengar tetap saja ini cerita selalu bikin ketawa. Ini bisa jadi dongeng pengantar tidur yang seru untuk anak-anak.

Karakter Puang Sidin yang mengerjai baco jarang gosok gigi tadi tidak lain dan tidak bukan adalah ayah saya sendiri. Ayah saya memang orangnya cukup jail. Saya senang bisa menjadi anak dari orang yang jail. Selamat menikmati harimu, Ayah. Dan selamat hari kesehatan, semoga kau sehat terus sampai nanti cerita ini kau ceritakan lagi untuk cucu-cucumu. Amin.

Samarinda, 12 November 2015


Gambar dari @Asmaraku_ID
Previous
Next Post »
0 Komentar